Friday, December 27, 2013

,
"Kadang aku berpikir, ke mana perginya 'selamat pagi' dan 'selamat malam' yang dulu sering kau ucapkan?" ~Fiersa Besari


Tanpa sengaja membaca tulisan tersebut di linimasa dalam dunia twitter yang di retweet oleh salah satu teman. Dan aku terdiam sejenak membacanya.

Tidak.. tentu tidak.. Tidak sambil menangis kok membacanya. Sungguh.


Hanya saja... Aku mengingatnya (kembali). Ya, aku mengingatnya. Rangkaian kata yang pernah kamu tujukan padaku saat itu. Beberapa bulan yang lalu. Tidak.. tentu tidak.. Aku tak ingin membahasnya di sini.


Hanya saja... Ketika aku mengingatnya, lututku gemetar tanpa henti. Jantungku berdetak lebih cepat. Mulutku terus saja berucap tanpa henti "sial! Sial! Siaaaaaaal!!! Kenapa harus terjadi lagi?!"


Kamu.. Orang yang aku yakini menjadi masa depanku, justru hanya menjadi serpihan dari masa laluku. Masa lalu yang dipaksakan untuk kulupakan secepatnya. Karna aku tidak ingin terus-terusan menjadi orang bodoh di hadapan sesuatu yang orang sebut "Cinta".





The more I grow into the people around me, the more I feel isolated because then second by second I realise that I'm different and all I want is to be me but that can't happen right? Nothing good ever happens to me at least not lately.



I lost them of all time, I lost people who I thought would be great to keep but they all go as time passes and I can't seem to grow into what is reality now. I don't understand the people around me or what my surrounding has turned me into. I just don't.





SS.


Friday, December 13, 2013

,
Hai..

Apa kabar? Selamat bertemu lagi ya btw.
Aku seneng bisa ketemu kamu kemarin. Walaupun aku lagi kesel sama kamu. Tapi tetep aja, rasa kesel itu nggak lebih besar dari rasa seneng aku tuh. Aneh ya? Iya.
Maaf, untuk soal kemarin. Maaf, kalau sikap aku jutek ke kamu. Tapi, aku benar-benar nggak bisa nyembunyiin perasaan kesel ke kamu kemarin.

Iya. Ini soal pembicaraan kita di malam itu.

Pagi ini, tetiba saja kepalaku sesak diisi tentang kamu. Tentang kenangan kita. Tentang hati yang lebam ditinju kalimat “jadi, saran aku sih.. kalau ada cowok yang deketin kamu, lebih baik kamu cari tau dulu tentang cowok itu dari teman-temannya...” yang lahir dari mulut kamu, beberapa minggu lalu. Aku heran, harusnya dengan luka yang kamu kenalkan pada hatiku harusnya sudah cukup untuk mengenyahkan kamu dari setiap sudut memori otak. Namun rasanya sia-sia saja.

Kamu nggak tau ya, kalau satu-satunya cowok yang lagi deket sama aku itu 'kamu'? Kamu nggak tau tentang itu? Kamu itu pura-pura bodoh atau gimana sih?! Iya, rasa kesal itu muncul dari obrolan itu. Yang akhirnya aku memutuskan untuk tidak menoleh ke belakang saat itu. Membiarkanmu berjalan sendiri di belakangku. Aku meyakinkan diriku untuk tidak menoleh ke belakang. Melihat wajahmu; aku tak berani.

Karna aku takut. Aku takut ketika aku melihat wajahmu, air mataku kan mengalir.

Karena kamu tidak mungkin mencintaiku..
maka aku lebih senang menulis puisi,
tempat segala menjadi mungkin..

Maaf, aku mencintai kamu. Namun kali ini tidak akan ada lagi diplomasi yang harus kulakukan antara hati dan logika. Aku takut, aku takut logika kembali luluh. Jadi biarkan kali ini logika bekerja dengan mengesampingkan perasaan-perasaan yang mampu membuat aku kembali terjatuh.



Mungkin harusnya kita belajar pada daun-daun yang tak pernah sedih ketika ditinggal embun di pagi yang dingin, juga matahari yang tergopoh-gopoh dari timur.

Kenangan kita jangan kamu buang, agar sesekali bisa kamu nikmati ketika senja dengan secangkir kopi. Kita sempat bahagia bukan?



PS: Suatu hari jika kamu telah menemukan seorang yang lebih baik dari aku, sampaikanlah berita itu padaku agar kurapalkan doa-doa bahagia yang kutitipkan pada angin untuk kalian.





Regards,




Sonia Sanny

Monday, December 9, 2013

,
Hmm, cukup lama juga ya gue menghentikan aktivitas tulis-menulis di blog. Sampai untuk memulainya kembali, agak aneh rasanya. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam memandangi layar laptop.. tapi nggak ada satu kalimat pun yang dihasilkan. Memang benar kalau kata orang, seni tulis-menulis itu harusnya dilatih, dengan sering menghasilkan tulisan pastinya. Terlalu lama vakum, ya begini jadinya.. diam, dan tak ada rangkaian kata apapun yang berhasil dituang.


Yah, namanya juga manusia. Kalau lagi seneng sama satu hal, bisa sampai seneng banget. Sekalinya bosen, yaudah ditinggalin gitu aja. Tapi sungguh.. kangen banget nulis di sini. How I really miss my blog!

Terlalu sibuk? Hmm.. nggak juga sih. Walaupun banyak deadline yang mesti diselesaikan secepatnya. Terlalu free? Hmm, ya nggak bisa dibilang gitu juga. Masih ada urusan lain selain ngampus dan ngerjain tugas yang harus dikerjakan. Dan yap, terlalu banyak alasan tepatnya. Alasan males lah, nggak ada ide nulis lah, nggak ada koneksi internet lah, dan berbagai macam alasan lainnya yang terlontar dari mulut gue..


Hm, apa ya?
Baiklah..
Dari sekian banyak lelaki yang pernah kutemui. Ternyata kamu masih yang terhebat ya. Terhebat dalam segala hal yang kusuka.

Kamu jago gambar. Satu hal yang dari dulu pengen aku tekuni, tapi nggak pernah bisa. Tunggu, mungkin aku akan bisa pada akhirnya nanti. Hanya saja, aku kurang berlatih. Seperti kataku di atas, Akan terlalu banyak alasan yang akan aku lontarkan nanti kalau permasalahan ini aku lanjutkan.

Ini kedua kalinya, aku menuliskan tulisan untukmu di sini.
Mungkin tidak akan sebanyak atau sepanjang tulisan pertamaku. Karna, kita sudah lama tidak berbicara. Sangat lama.
Aku bahkan lupa kapan terakhir kalinya kita bicara. Ah, apa ketika aku menyerahkan sebuah project tugas kampusku ke kamu?
Mungkin jawabannya adalah 'ya'.




Dan itu sudah beberapa bulan yang lalu.





Aku tidak tahu, apa yang sedang kupikirkan tadi. Hingga akhirnya otakku dengan sengaja menginstruksikan sesuatu kepada jari-jariku untuk membuka profile Twittermu.





Terkadang rindu memang tidak bisa ditolerir.Suaramu, nyanyian yang merdu di telingaku, dan dirimu yang menghangatkan..Itu yang aku butuhkan saat ini.Tapi aku bisa apa, hanya bisa doa.Agar aku tetap diberi kekuatan untuk tidak melanjutkan rindu ini.



Tunggu, apa kamu pernah mengalami apa sedang aku alami saat ini? Merindu(mu).
Tidak. Aku lebih suka menyebutnya dengan kata 'kangen'. Kata yang membuatku menjadi satu-satunya orang bodoh pagi ini.



Dini hari ini, aku katakan pada dunia. Aku kangen kamu, lelaki Novemberku.





PS: Kamu tidak keberatan bukan kalau aku menyebutmu seperti itu? (Itu juga jika kamu membaca tulisanku ini)