Friday, December 28, 2012

,

Semua orang bilang saya jatuh cinta!

Hey, benarkah? Tapi memang, mereka bilang saya lebih sering tersenyum belakangan ini.

Ah, bagaimana tidak. Adakah hal yang lebih mendebarkan selain menunggu datangnya minggu?

Adakah hal lain yang lebih membuat saya tertawa lepas selain melihat tingkah kocakmu?

Adakah hal lain yang lebih membuat belingsatan selain di acuhkanmu?

Adakah hal lain yang lebih menyenangkan selain berdua menyanyikan Close to you -nya The Carpenter?

Adakah hal lain yang lebih menarik perhatian saya, selain kamu?

 

Iya. Kamu. K - A - M - U

***


Aku datang,

dari planet panas, keras,

abstrak, dan berisi kepahitan.

kosong.



aku yang kemudian dibelokkan lintasannya,

bertemu titik dan bertabrakan jalan,

planet baru,

berwarna,

bercahaya,

terang,

damai,

penuh kehidupan.

kamu.



aku menyerah,

tak punya daya untuk lepas dari daya magnet,

aku sekarang sudah melingkupi kamu, si planet baru.

berada di sekitarmu, seolah menjadi satelitmu.

hingga aku tersadar sekarang kamulah yang menjadi seluruh jagat raya dan pusat tata suryaku.



kamu,

yang kini menjadi kesayangan saya,

warna favorit saya dihari hari saya,

kamu,

saya syukuri,

saya sayangi.



#PS :

I love you with no reason.

just because I cant explain my reason,

doesn't mean that Its a bullshit and stupid love.

Actually, I have a reason.

But its too much to tell and show.

So I prefer to say I love you  with no reason,

I Just love you cause my heart and my eyes bluring another boy in the world but you.



#PS 2:

Aku tidak sempurna,

begitu juga kata-kataku..

kamu yang melengkapi aku,

kamu yang membuat semua yang ada di diriku menjadi utuh.

Jika kata sempurna itu sama artinya dengan kata kita.

maka kita tidak akan pernah bisa terjadi tanpa ada aku ditambah kamu yang melengkapinya.



#PS 3:

You know I always beside you dear,

If I'm a planet so you're my central of life.

You're my one and only, my sun.

and I will be your only one planet with no satelite in my orbit.

Monday, December 17, 2012

,
Pagi tadi aku terbangun dengan wajah sumringah. Ah, mimpi apa aku semalam. Yang aku ingat, aku hanya  (sempat) memikirkan apa yang terjadi sama kamu setelah jauh dariku. Sepertinya kamu tak pernah lagi memunculkan namamu di layar handphoneku. Kamu tau, rindu macam apa yang sedang aku candu ini? Aku kecanduan, B! Aku kecanduan. Karna kamu. Kamu narkobaku! The sweetest drugs that I have ever.

Kamu apa kabar? Klasik. Tapi aku suka. Berulang kali kalimat itu yang pertama muncul dalam pikiranku ketika memikirkanmu. Kamu tau, aku sedang apa sekarang? Aku sedang belajar, B! Iya, belajar dari kesalahan. Kesalahan masa lalu yang pernah aku lakuin ke kamu dan mereka. Aku mencoba menjadi yang lebih baik. Seperti kata kamu. Aku harus bisa memperbaikinya dan menerima setiap resiko dari apa yang udah aku lakuin. Tapi nyatanya, nggak ada timbal balik dari yang aku lakuin, B. Kenapa ya? Apa Tuhan nggak mau maafin aku? Sebegitu parahkan kesalahanku? Aku hanya mencoba mencari yang terbaik. Walaupun aku tau, cara yang aku gunakan salah. Salah fatal. Jujur, aku tak pernah menyesal telah melakukannya. Karna dari kesalahan itu, aku bisa kenal kamu. :) My (lovely) kebeb. =))

Aku bisa deket sama kamu. Aku bisa tau, kalau di belantara Depok sana, ada seorang cowok yang kurus kerempeng kayak kamu! Hehe Ada seorang cowok yang bisa buat dunia aku jungkir balik. Ada seorang cowok yang bersedia menyanyikan beberapa lagu dengan gitar kesayangannya untukku. Yang selalu berbagi cerita padaku tentang apapun. Yang selalu menceritakan tentang dirinya, tanpa aku harus bertanya terlebih dahulu. Ah, banyak bek. Aku tak mampu menuliskannya satu persatu di blog ini tentang efeknya kamu hadir di hidupku. Jari-jariku lelah, bek. Lelah mengetik, menghapus, mengetik dan menghapusnya lagi setiap kali ingin mengirimkan sesuatu untukmu walaupun hanya sekedar say "Hey, bek!". Susah rasanya, bek. Ada jarak di antara kita. Jarak ini bukan tentang tempat. Tapi tentang rasa. Aku untukmu. Kamu untuknya.

Kamu tau nggak, bek? Aku udah berusaha sekuat mungkin untuk nggak memikirkan kamu. Men-stalk social media yang kamu punya. Untuk yang kedua itu, aku berhasil, bek. Aku berhasil. Tapi untuk yang pertama rasanya sulit. Mungkin bisa, tapi pasti akan lama. Rasanya seperti cabut rumput Taman Menteng sendirian. Iya, mungkin bisa. Tapi akan lama. Kamu tau? Kamu itu kayak maicih level 10! Udah tau pedes, tapi tetep aja dimakan sampai habis. Analogi yang masuk akal bukan? :')

Udahlah, bek. Aku capek. Kangenku selalu aja nggak terbalaskan. HAHAHAHAHAMIRISHAHAHA









NB: Aku menuliskan ini di tengah kuliah Fisika Dasar. Di saat konsentrasiku pecah karna kamu. :) Makasih ya :)

Wednesday, December 5, 2012

,

Pagi tadi cukup cerah sekali dan aku tentu saja terbangun. Ya, seperti hari-hari sebelumnya selalu kusempatkan melihat layar handphone untuk mengetahui apakah kamu sudah nyerah untuk berlama-lama pergi. Ternyata kamu belum juga menyerah atau mungkin tidak akan menyerah.
Rutinitas pagi ini membuatku tersadar ternyata aku belum juga beranjak. Aku belum juga beranjak. Aku masih di tempat yang sama saat terakhir kali kamu berlalu begitu saja, di tempat yang sama, dengan jumlah cinta yang sama, dengan rindu yang kian menumpuk. 
Entah sudah berapa jauh langkahmu kini dari tempatku. Sudah sangat jauh kufikir. 
Tiap kali untuk mencoba beranjak entah rasanya seperti hatiku yang tertinggal. Aku masih betah di tempat ini. Aku masih menyukai mencium sisa-sisa parfummu yang tertinggal. Aku masih menyukai mengingat sisa senyummu. Aku masih menyukai tempat ini.
Aku belum juga mau beranjak. Aku masih ingin di tempat ini, dalam perasaan yang sama…. menunggumu untuk sekedar datang.



,

Seperti kacamata, yang pertama aku cari ketika bangun pagi. Bahkan terkadang aku kesal sekali jika tidak menemukannya dengan cepat.
Seperti sisir, yang kuletakkan di meja riasku dan tidak pernah absen untuk aku memakainya kapanpun.
Seperti blush on, yang selalu membuat pipi merah merona bukan kepalang. Juga membuat cantik.
Seperti secangkir susu, yang menyapaku dengan lucu di pagi hari melalui aromanya. Atau membantuku terjaga dalam tumpukan tugas di kala malam hari.
Seperti bantal, yang menjadi tempat kepalaku bersandar di kala peliknya masalah hari ini. 
Seperti rumah, yang tidak pernah bosan menungguku pulang. Hal yang selalu menjadi tujuanku di akhir hari. 
Seperti senja, yang menenggelamkan segala terik dan ricuh lalu menghadirkan sejuk dan tenang.
Seperti malam, yang kadang membuat takut, tapi tidak jarang membuat kagum terhadap bintang-bintang dan bulannya.
Seperti hujan, yang kupandangi dari balik jendela dan kuhirup baunya. Menghapus semua kering.
Seperti itulah kurang lebih perumpamaanya.
Seperti itulah kamu…

Saturday, December 1, 2012

,
Sudah tanggal 30 November, hari ini. Ini hari. Hari gue. Ah, sungguh opening yang aneh.
Well, selamat ulang tahun untuk gue. Umur gue makin bertambah, gue makin tua. HAHAHA!!
*disambit cermin, disuruh ngaca sama umur sendiri*

Baiklah, enam belas.. Enam belas, belas, belas......
Yak, ulang tahun kali ini bisa dibilang sederhana tapi menyenangkan untuk gue.
Ada surprise yang datang dua kali. Ya, DUA KALI. Yang pertama dari keluarga gue, tepat jam 12 lebih beberapa menit. Mereka bangun dan membawa cake untuk gue. Ketawa tiwi foto-foto sedikit, habis itu kami makan, ngobrol panjang lebar. Setelah (cukup) ngantuk, langsung tidur dan......
Gue bangun kesiangan.

Oh well, sungguh disiplin sekali gue ini -_________-"
Langsung buru-buru berangkat ke kampus, Mama dan Papa memberi selamat dan harapan-harapan mereka terhadap gue. Gak jauh-jauh dari "biar jadi anak yang soleh, sukses dan *uhuk* IP", sih..
*iya, untuk bagian 'IP' itu sensitif, jadi ada autosensornya supaya tulisannya mem-bold sendiri*
Lalu dikampus, gue mendapat surprise dari teman-teman terdekat gue di kampus. Seharian dari pagi sampai siang selalu ada yang memberi gue ucapan selamat DALAM BENTUK APAPUN (iya, memang harus capslock). Pretty simple, but it was enough to make me cry. Tears of happiness and joy :')

Lalu, ada kado-kado yang tidak 'wah' namun berarti juga untuk gue, seperti yang kalian akan baca di postingan bawah ini, birthday gift from my lovely, Zizi. And others!

And, yes, gue juga merasakan beberapa perubahan bahkan di hari pertama gue berumur 16. 
Apa lagi ya? ...
*berpikir keras*

Ehm..
Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Terima kasih sudah memberi saya sebuah kehidupan yang berlanjut hingga saat ini.
Saya sangat menyukai dan mensyukurinya.
Terima kasih telah memberi saya berbagai macam kesempatan untuk belajar, mencoba, gagal, mencoba terbang lalu jatuh dengan keras, dan berbagai macam kejadian lainnya bahkan untuk detail yang paling mikro.

Tuhan,
Saya bukanlah sesuatu di mata-Mu. Saya hanya nol koma nol nol nol nol nol nol satu dibanding sepuluh ribu juta. Sebutir pasir di padang gurun. Sebersit cahaya pada matahari. Namun saya tidak berhenti mengucap syukur, atas berkat, rahmat, somat, ahmat, baiklah Tuhan, saya bercanda. Boleh dong sekali-kali?
Mohon jangan dilaknat dulu, Tuhan. Saya mohon. Saya masih mau do'a..
Lanjut ya, Tuhan? Baiklah..
*30 menit kemudian*

Maaf ya, Tuhan, agak lama.. Tadi saya abis dapet surprise dari sepupu-sepupu dan adik saya. Ah, bahkan hingga akhir ini saya masih dapat senyum :)
Tuhan, saya tidak perlu bicara banyak, karena Engkau lah Yang Maha Mengetahui.
Tolong berikan saya segala prasangka baik dan pandangan yang luas, tolong bantu saya untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.

Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Sekali lagi.. Terima kasih. Untuk semuanya, segala kesempatan, dan awal baru ini..
Karena di awal tahun ke delapan belas tahun di hidup saya ini, sungguh tidak ada keinginan lain dari saya selain menjadi bahagia dan membahagiakan orang-orang yang saya sayangi :)
...
*ketiduran*
....
Baiklah, itu saja dulu. Nanti kalau ada penambahan informasi, gue kabar-kabarin aja lagi ya. Jarkom bisa, kan? Ya bisa laaaaah~
*ngomong sama rumput yang bergoyang*

Well, jujur, gue tidak mengharapkan apa-apa untuk ulang tahun kali ini kecuali kebahagiaan dan kemampuan gue untuk melakukan perbaikan-perbaikan di kesalahan-kesalahan gue sebelumnya di masa lalu. Gue juga hanya ingin lebih bisa mensyukuri apapun yang gue miliki dan gue jalani, agar gue tidak menjadi orang yang mudah menghakimi. Intinya, gue ingin menjalani hidup dengan baik dan menyerap setiap unsur yang ada di dalamnya, agar gue  walaupun tidak selalu menghasilkan yang terbaik, namun bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi :)

Well, I should've slept from hours ago, tapi ini buktinya masih browsing-browsing youtube dan chat dengan beberapa teman. Hayah :))
Ya sudahlah, markidur. Mari kita tidur. Good night, good readers. Yang bukan good readers, gak usah kesini-sini deh.
#eaaaaaaaaaaa
*masih nyindir*
*dilaknat Tuhan, "Katanya mau belajar jadi lebih baik lagi??!!"*
Iya maaf, Tuhan.. Saya khilaf.




The birthday present from my Lovely Sister: A tote bag written "Tak kenal makanya kenalan dong" (cute, isn't it? Love it to the max), a blue sky necklace, and a pinky birdie brooch.
How can't I love her and all of her kindness? How can't I welcome her to my life with all of her shiny colorful rainbow? How can't I make her as my 'escape' whenever my monochrome side dominates me and my mind?
Dear God, she's just too precious. Please send every best thing that available in heaven to down here on earth, for her, for them, for us.
Yes, three of us.. :)


May this year will be no tears and fear. Amen :)

Sunday, November 4, 2012

,
Bagaimana perjalananmu? Kalau ada kata yang bisa menggambarkan perasaanku selain kata ' Rindu ' , aku akan dengan senang hati mengatakannya.

Seperti sudah lama aku berpisah denganmu, entah sejak kapan dimulai. Tapi kekosongan ini memang sudah aku ramalkan sebelumnya, jauh sebelum kamu benar-benar pergi. Aku lupa terakhir kali menyapamu dengan kalimat apa, oh...sepertinya ucapan permintaan maaf dan terima kasih.

Bagaimana dengan langit kita? Apakah masih sama warnanya? Atau malah kebalikannya? Senjamu indah seperti semua senjaku, kah?

Bagaimana dengan bumi yang kita pijak? Tanahnya sama seperti yang sedang kutatap, bukan? Grafitasinya bersumber dari satu titik, bukan?

Aku memang tak pernah jauh darimu, selama bulatan bumi belum membelah diri, aku masih tetap ada di dekatmu.
Bagaimana dengan hati? Dengan ruang yang sudah mulai terisi? Dengan masa lalu yang ditarik kembali? Dengan kesempatan yang tidak akan pernah kumiliki?

Jarak tubuh kita ternyata masih belum seberapa dibandingkan dengan jarak gumpalan kecil bernama ' Hati ' .



Source: Metamorfosa

Saturday, November 3, 2012

,
Ada sakit yang enggan kutuliskan, tentangmu, tentang kalimat-kalimat yang sudah menghilang dari pandanganku.
Ada rindu yang meregang, kala namamu melintas sesaat hingga membuatku beku sejenak.
Ada kehilangan yang kembali kurasakan, saat kesadaran membisikkan nama seseorang setelah senyummu membayang.
Juga ada keinginan untuk memilikimu, mencari kesempatan yang tak pernah kupunya, menelisik perlahan ke ruang paling dalam hatimu.
Aku sudah lupa, tadinya. Tentang patah hati, tentang masa lalumu, tentang jarak, tentang perkenalan, tentang semuanya. Tapi alam memberiku jalan untuk mengingatmu, hanya mengingat, tidak lebih.
Mengenai tawa yang pernah mengisi kita, mengenai rasa malu yang kita buang entah seberapa jauhnya, mengenai kampung halaman yang terus kita rindu.

Pernah, hanya pernah. Masih? Entahlah.

Tak bisakah alam seadil neraca? Memberi jalan untuk mengingat semua sekaligus membocorkan rahasia untuk menemukanmu, mengabarkan keberadaanmu sekaligus membawaku ke hadapanmu, mengingatkan luka lalu membuatmu menjadi milikku?

Pernah, masih atau sudah tidakpun harusnya bukan masalah. Toh, kita hanya pernah.
,
Ada hal-hal yang tak perlu ditampakkan wujudnya; kelemahan, rasa sakit, kemarahan, kesedihan...

Ada rapuh yang sudah sekuat hati disembunyikan, dipendam, disamarkan dengan wajah dan tingkah seperti orang paling kuat. Namun, ada titik paling rawan untuk bisa melihat kalau semua penampakan tentang keteguhan hanyalah pura-pura.

Aku merasakannya. Kerapuhan yang dimiliki dan disembunyikan dengan keyakinan bahwa 'Hei, gue kuat. Ini cuma hal kecil.' Setiap orang mungkin pernah mempunyai keyakinan itu, dan beberapa orang di antaranya pernah gugur setelah sekian lama meyakininya.

Aku sudah runtuh beberapa kali, kerapuhan yang ditutupi, kemarahan yang pelan ditiup agar mati...nyatanya hanya terakumulasi. Terkumpul, dan bersiap memuntahkan semuanya di satu waktu.

Tapi aku sudah sekuat tenaga berusaha menahannya, mengabaikan semua amarah, menguatkan diri dan tersenyum seperti biasa. Bukan kerapuhan yang ingin aku tunjukkan, bukan pula kemarahan. Bukan.
Jadi maaf jika sudah terlanjur melihatnya, juga jika tak sengaja merasakan getahnya.

Ada sesal, ada rasa terpuruk mengingat kekalahan. Aku dikalahkan amarah, aku tak bisa memenangkan keyakinan kalau aku kuat. Kali ini aku mengaku, aku rapuh.

Ada rahasia yang tanpa sengaja dibuka dengan siratan; 
Ketidakmampuan, kegagalan, letih berkepanjangan, usaha yang belum juga mendapat titik terang. Lalu, sesekali akan ditampakkan dengan sengaja; dengan air mata, dengan kata 'Menyerah,' dengan menyendiri.

Ada sebab, ada akibat, ada masalah, ada putus asa, dan ada jalan keluar. Ada amarah, ada kekecewaan, ada kekalahan, ada keinginan untuk mundur, dan akan selalu ada kesempatan untuk berperang. Maju. Lalu berusaha lagi.

Akan selalu ada jeda di setiap langkah yang diambil; untuk sejenak bernapas, untuk sesaat memikirkan jejak yang sudah dibuat, dan untuk melanjutkannya.

Pasti ada keraguan dan segalanya yang sudah kutulis di atas, tapi akan terselip sedikit keyakinan. Pasti. Dan masih kuyakini hingga detik ini.

Sunday, October 28, 2012

,
1)

Andaikan tidak pernah ada kata andaikan dalam kehidupan ini
Kita takkan pernah susah payah menahan sakit di dada, pada sesuatu pada kenangan di masa silam
Untuk mengingatmu saja, ribuan luka tertoreh di dalam dada

2)

Disini, malam dengan seribu kenangan
Aku merenungi sebuah rekaman ingatan di masa silam
Nanti-nantikan sebuah penantian yang tak akan datang

3)

Kita hanyalah sepasang hati yang terlalu penuh harap dan angan. Tapi,
Angan hanyalah menjadi sebuah harapan. Sebuah layar yang tak pernah terkembang
Mimpi pun cuma menjadi pemanis saja. Bunga tidur yang sukses membuaikan lelap
Untuk menyenangkan hati, dengan rela kita terluka untuk menjaga agar harap tetap ada

4)

Benarkah? Harap, keinginan, angan dan kata-kata busuk semacamnya hanya pengawal duka?
Uraikan setiap memori indah menjadi pisau-pisau kecil yang tajam dan merobek perasaan
Kalau memang iya, sebutlah aku pengagum luka. Sebab kenangan itu selalu kujaga
Atau sebut saja aku penggila duka
Nestapa pun rela kurasai agar anganku memilikimu tetap terjaga

5)

Kemarin menstalk kamu di timeline
Indera penglihatanku membangunkanku dari segala ilusi dan pengharapan
Terbangun aku aku dari mimpi manis memilikimu sebagai kekasihku
Andaikan kata andaikan tidak pernah ada, mungkin aku takkan pernah sesakit ini mencintaimu, masa laluku.

Monday, October 22, 2012

,
Untukku, kehilangan dan perpisahan adalah potongan-potongan mozaik kehidupan yang paling menyakitkan.

Kamu.

Sudah berulang-ulang aku merasakannya, berulang kali, lalu lagi, dan terus kehilangan lagi. Tetapi, rasanya masih terlalu pahit untuk getir yang kupikir tak akan terasa saat kembali mengaliri. Dia, lalu dia, dia, kemudian kamu.
Kamu. Bagian mozaik yang kutemukan untuk melengkapi, potongan yang kuragukan bisa menutupi sisa kosong yang masih kumiliki; iya, kamu.

Kehilanganmu seperti memaksaku untuk tidak percaya pada hal yang orang sebut cinta, pada sesuatu yang mereka elu-elukan keberadaannya. Kehilanganmu menceloskan harapan yang kamu siratkan dalam tiap perkataanmu, dalam tiap hangat yang kamu janjikan dalam pelukmu.
Kehadiran hanya sebatas semu, pada akhirnya toh kamu harus tetap pergi. Memisahkan diri dari hingar bingar kekacauan yang kita buat, menjauhi keyakinan dan menggantinya menjadi sebuah keraguan.

Kehilangan dan perpisahan seolah potongan yang harus kumiliki, kucari adanya agar hidupku sempurna. Seperti gelap malam dengan cahaya siang, sama halnya tangis dengan tawa. Seimbang. 
Katanya semua diciptakan berpasang-pasangan, atau mungkin kusebut saja saling menggantikan. Terus bergulir saling mengisi, kemudian diganti dan diganti sampai menemukan kepastian.
Bukan dunia peri yang sedang kutinggali, hanya satu buku berisi bagian-bagian tak beraturan dengan berbagai emosi yang menunggu kutata rapi.

Seperti menyusun mozaik dalam buku; kutempelkan setiap cerita berwujud sketsa satu demi satu, dan tak lupa kini menempatkan namamu di satu sisi. Sampai aku sadar saat kamu menjelma menjadi wujud nyata dari perpisahan dan kehilangan... Aku memilih untuk berhenti. Aku jera bermain-main dengan pencarian, aku sudah bosan menemukan banyak kehilangan.

Karena kehilangan dan perpisahan adalah potongan tersulit yang bisa kuterima, aku menganggapnya sebagai bagian paling rumit dari sebuah mozaik dalam kehidupan. Dari rangkaian mozaik-ku yang masih berantakan.
,
Mungkin tak apa sedikit menangis.
Kamu juga manusia biasa.
Toh, air mata diciptakan dengan alasan.
Benar, tak apa kalau kamu ingin menangis.
Dadamu sudah sesak sejak lama, bukan?
Rahangmu sudah mengeras, entah sejak kapan.
Bibirmu terkatup menahan semua amarah dan kecewa, benar?
Menangislah...
Menangislah...
Tuhan tak akan menghukum tangisanmu.
Dia tak akan menghitungnya sebagai dosa.

Menangislah...kamu hanya manusia biasa.

Untuk kali ini saja, izinkan air matamu menyapa bumi.
Jangan memaksanya agar terus tersembunyi.
Jangan berkata kalau dia tidak ada.
Jangan mengelak kalau kamu sebenarnya menginginkannya.

Menangislah.
Menangislah, Ni.
Tangisan bukan dosa, tangisan milik semua makhluk-Nya.
Kamu sudah lelah, bukan?
Kamu tak mampu lagi menyembunyikannya.
Kamu harus menangis sekarang juga.

Tolong, menangislah...
Jangan siksa batinmu hanya karena ingin melihat orang lain terus tertawa.
Mereka tak akan pergi hanya karena air mata.
Mereka tak akan menghilang begitu saja.

Jadi menangislah...
Menangis seperti saat kamu sedang berada di titik paling lemah hidupmu.
Tak ada yang membantu.
Tak ada yang mengulurkan tangan.
Tak ada pegangan.
Menangislah...

Sudah, tak perlu malu. Malu hanya boleh dirasakan saat kamu gagal tanpa berusaha, saat kamu enggan mencoba.

Menangislah, Ni...
Menangislah sesekali.
Menangislah hari ini.
Satu kali saja, beri tahu bumi kalau kamu manusia biasa...
Menangislah....

Saturday, October 20, 2012

,
Satu-satunya tempat dimana aku masih bisa melihatmu dari sini, dari jarak jauh.
Satu-satunya tempat dimana aku masih bisa memperhatikanmu.
Satu-satunya tempat untuk tahu apa yang kau tulis hari ini, kemarin, beberapa hari yang lalu dan mungkin besoknya.
Satu-satunya tempat dimana aku bisa merindukanmu tanpa ada seorangpun yang tahu.

Itu, timeline twittermu.
Sungguh beruntung aku ada di masa ini ketika hidup pun semakin mudah dengan berbagai macam teknologi.
Stalker, sebutlah aku begitu. Hobiku adalah stalking timelinemu.
Tiada hari tanpa stalking timelinemu mungkin.
Ku arahkan kursor ku pada tombol search, ku tuliskan username mu.
Ketika loading selesai dan timeline mu muncul aku mulai memasang senyum meringis.
Aku lihat semua timeline nya, apa yang dia tulis dan kapan dia tulis itu.
Aku hanya berharap dari salah satu dari yang kau tuliskan di timeline mu adalah untukku, tapi nyatanya tidak akan pernah mungkin dia seperti itu.
Senyum ku hilang perlahan lahan jika aku temukan tulisan di timeline mu yang mungkin mengganggu bagiku dan perasaanku. Rasanya dadaku bergetar dan jantung berdegup lebih kencang, ah memang payah aku ini.
Lihat yang begitu saja sudah kalah, bukan aku yang kalah. Tapi perasaanku yang kalah.
Sungguh, sungguh aku sangat berharap sekali saja aku ada si salah satu tulisan di timeline mu. Tidakkah kau tahu bahwa kau adalah seorang "kamu" yang selalu aku sebut dalam tulisanku.
Entah mengapa hobiku ini membuat kecanduan, iya aku tidak bisa menghentikan diriku sendiri untuk terus melihat timeline mu dan merefreshnya setiap 5 menit sekali. Tanganku gemetar, aku deg-degan menunggu refresh timeline itu. Aku takut dan cemas menunggu apa yang akan aku baca nanti jika ini sudah selesai. Jika ada yang mungkin membuat aku senang senyum manis akan muncul di bibirku, tapi jika ada yang mengganggu perasaan senyum itu akan berganti menjadi sebaliknya.
Kenapa hal ini membuat kecanduan?
Staking timeline mu itu membuatku penasaran setiap waktu.
Kadang aku sengaja menunggu sehari untuk tau apa saja yang kau tulis hari ini.
Ini tak bisa aku hentikan, kenapa mengetahui setiap hal tentang kamu itu membuat ketagihan.
Kamu itu candu bagiku, kamu itu seperti drugs yang kalanya membuat ketagihan .
Kenapa mengetahui setiap hal tentangmu itu membuat kecanduan?
Aku selalu ingin tahu apa yang kamu lakukan hari ini.
Apakah aku seperti seorang mata-mata seperti ini?
Tapi inilah satu satunya cara aku bisa melihat tanpa kamu tau aku melihatmu. Aku melihatmu, dari sini. Tapi kau tak tau kan?

Wednesday, October 17, 2012

,

Terkadang, manusia itu lucu.
Lucu jika berbicara mengenai kesetiaan.
Ya, hari ini aku menyambangi beberapa sangkar dari burung cinta. Love bird. Mereka bermain ayunan, mengayun bersama-sama.
Setiap satu kamar berisi satu pasangan. Burung ini seperti sedang dimabuk cinta, rasanya dunia milik berdua tanpa pengganggu maupun masalah.
Kemanapun pasangan ini pergi, akan diikuti. Bahkan, jika mati pasangan lainnnya ikut merasakan sakit. Kemudian tidak mau makan, kemudian sakit dan mati bersamanya. Seperti sebuah takdir bahwa jika pasangannya mati, maka ikut mati. Dan seperti itulah kisah cinta dari burung bernama love bird.
Aku tertawa, senyum sinis ketika diceritakan bagaimana kisah cinta mereka. Rasanya seperti tertohok malu. Burung yang notabene tidak lebih pintar dari manusia saja bisa sedemikian setianya terhadap pasangannya, lantas kenapa kita, manusia yang mempunyai pikiran dan pesona tersendiri harus kalah dengan burung?
Beberapa teman berucap kepadaku, bahwa selama memiliki hubungan dengan seseorang, perselingkuhan menjadi hal yang lumrah, wajar katanya. Karena dari hal tersebut, mereka akan menyadari dan memperbaiki kesalahan dari perselingkuhan tersebut. Lantas, kalau memiliki hubungan lebih dari satu kali, apakah selingkuhnya juga harus lebih dari satu kali?
Terkadang, ketika aku disini. Di tempat kelahiranku di suatu tempat kota metropolitan, dengan hiruk pikuk modernisasi, aku suka termenung sendiri. Memikirkan apakah manusia itu terkadang kelakuannya kalah dengan seekor binatang?
Aku menjawabnya dengan caraku sendiri. Bahwa memang beberapa kelakuan kami kalah dengan seekor binatang, dan tidak dipungkiri bahwa semakin pintar seorang manusia, akan semakin tampak bodoh segala ucap dan kelakuannya. Semuanya dikalahkan dengan sikap tamak dan sombongnya.
Terkadang manusia memang lucu, bahkan sangat lucu.

Wednesday, September 26, 2012

,

2010

Apakah kamu punya mimpi? Atau kah memang pemimpi sejati?

Ya, dulu aku adalah pemimpi. Semuanya aku mimpikan diam-diam. Tidak sedikit mimpiku tercapai, tidak sedikit pula terbang entah kemana. Bahkan lupa sama sekali karena mimpiku yang bertambah banyak.

Ya, dulu adalah pemimpi. Setidaknya sebelum semuanya terasa hanya mimpi.
Wajarkah jika seorang gadis sepertiku memimpikan seseorang yang benar-benar menjadikanku istimewa untuknya. Meskipun aku adalah seorang gadis yang terkesan hanya tertarik dengan sesuatu berbentuk huruf atau angka. Begitu kata mereka.

Sedikit pun aku tak pernah menampakkan, aku pernah bermimpi tentang itu. Aku, seorang gadis yang mendapatkan julukan cewek cuek, memang sulit untuk bercerita, meskipun mimpi-mimpi selalu menari-nari, apalagi bercerita tentang mimpi itu. Tapi apa yang bisa aku lakukan, mimpi itu tiba-tiba menyusup ke dalam hati, lalu tertanam dalam otak.
Untukku, mimpi haruslah terwujud. Lebih baik tidak memimpikan, dari pada tidak mewujudkan. Tapi aku sulit mengenyahkan perasaan itu, mimpi itu semakin menguasai. Benarkah itu mimpi?
__

Aku, adalah seorang gadis berumur 14 tahun yang tidak mengerti tentang apa itu cinta. Cinta, rasanya terlalu dangkal jika diartikan sebagai sebuah rasa yang melonjak-lonjak ketika sesuatu yang kita rasa kita cintai berada disamping kita, memberikan perhatian dan memberikan kata-kata yang manis.

Tapi itulah cinta yang sering aku saksikan, seperti tontonan yang menyedot perhatian. Dan kenapa pada akhirnya akhirnya aku pun tertarik padanya?
Ahh, cinta sampai aku menapakan kaki di wilayahmu, aku belum benar-benar mengenalmu.

Cinta membuat ku memimpikan sesuatu yang rasanya mulai kabur, aku melambung, tapi tak menapakkan kakiku. Aku takut, takut terlalu tinggi, tapi aku tak bisa menahan lambungannya.
__

2011
Beberapa kali aku mencoba mengenalmu, tapi mengapa cinta begitu sulit untuk dipahami?
Mengapa aku harus berlari, lalu dipaksa terhenti?
Apakah aku salah arah? Apa jalanku salah mengenalimu?

Karena lambungannya yang sangat tinggi, maka ketika terjatuh aku terperosok dalam.
Meskipun aku rasa aku tak mengenali diriku lagi. Aku mencoba untuk kembali memanjat, memanjat mencari permukaan untuk berpijak.

Aku banyak melupakan mimpi, bukan hanya mimpi tentangmu. Rasanya harapan bukan lagi kawanku.

Tidak, aku tak ingin bermimpi lagi, apalagi tentangmu.
Begitu hebatkah kekacauan karena cinta?
Bukan, bukan, mungkin aku belum mengenal cinta.
__

2012
Bukan tidak pernah mimpi itu memaksa kembali menyusup. Tapi tidak. Aku tau, aku tau kamu hanya ingin menghancurkan lagi benteng-benteng pertahananku. Aku tak ingin lagi terjebam, aku tak ingin lagi menginjakkan kakiku di wilayahmu.

Kamu tiba-tiba datang, sampai aku tak sadar aku telah memasuki wilayah yang berbeda.

Kamu bertanya tentang mimpi. Tidak aku tak ingin membicarakannya. Meskipun tak terasa aku mulai membicarakannya.

Kamu bertanya tentang cinta dan harapan, bahkan lebih jauh dari itu. Tidak aku tak ingin membicarakannya. Meskipun tak terasa akulah yang mulai sering membicarakannya.

Kamu kenalkan sesuatu yang berbeda, meskipun aku tau cinta mana pun tak akan pernah sempurna.

Selalu ada cerita yang membuatnya lebih berwarna.

Aku hanya ingin mulai bermimpi (lagi).
,

"Kamu apa kabar?" [Masih suka kangen aku nggak?]



Mencintai itu memiliki, teori saya. Pilihannya cuma dua; tetep usaha atau putus aja.

Tapi, kalau harus sayang dan cinta sama seseorang yang gak bisa jadi pasangan, mendingan saya sih enggak aja. Serius, rasanya gak enak. Kebayang dia ama orang lain yang bikin dia lebih bahagia tapi ama saya dia gak bisa bahagia. Sakit gak tuh?

Saya egois. Tapi, ini pilihan saya. Daripada sakit mikirin dia yang gak bisa sama kita, mending enggak mikirin sekalian deh.

Caranya?

Nangis aja sampe pegel, lama-lama juga bakal bosen. Setelah itu, move on deh.

[Gila, gampang bener ngomongnya, susah prakteknya]



Ini pilihan saya, kalo kamu milih yang mana?

Saturday, August 25, 2012

,

Seperti aku yang sedang memelihara anak harimau. Dia lucu, menggemaskan, dan nagih untuk terus di ajak bermain. dia jinak. dia sangat lucu atau sering aku panggil dia "unyu-unyu". Aku begitu menyayanginya. tidak ada satu hari yang terlewat untuk menjaga dan melindunginya. Kumisnya lucu, bahkan warna tubuhnya serta motif corak itu penuh estetika. raungannya manis, dan terdengar lirih di kuping. Cakaran dari kuku nya pun justru hanya membuat geli. Dan aku menikmatinya. Aku senang karena aku memeliharanya. Tapi saat dia tumbuh besar, mungkin jinak itu telah berubah menjadi buas. Raungannya yang manis nanti akan menggelegar bising dan menulikan. Perlahan, aku bukan lagi yang dia tuankan karena aku adalah mangsanya. Kapanpun bisa saja aku yang jadi santapan mengisi kosong diperutnya. Dia dengan liarnya mampu menggigit, mencabik, mengoyak-ngoyak seisi tubuhku, bahkan melumatku hingga habis tanpa sisa. Darahku hanya pemanis dari menu santapannya. Akulah yang terbuang darinya.



Aku masih di persimpangan. Bingung memilih beberapa opsi yang telah banyak orang sarankan.

Mau tetap menjaganya, dan aku akan mati sendiri olehnya. Sakit tak terperih, siksa tak terampun, dan miris yang meraya.

Atau,

Membawa dia ke kebun binatang. Biar dia tetap terurus dan terjaga. Dia akan baik baik saja sampai besar nanti. Aku tidak perlu khawatir. Aku pun masih bisa menjenguknya sekali waktu. Seminggu sekali, sebulan sekali, setahun sekali, atau kapanpun aku masih bisa bertemu. Yang berbeda, aku berada diluar rangka yang membungkusnya. Ada batas antara aku dan dia. agar dia tidak menyakitiku dan agar aku tetap bisa menjenguknya untuk sekedar tahu kabar.

Atau lainnya,

Aku melepas dia ke hutan liar. Tempatnya.. rumahnya.. alamnya.. dimana dia akan meraja membentuk sisi yang sama liar nya. Dia bebas menjadi apapun yang dia mau. Berlari, meraung, memangsa, mencabik, karena itulah hidupnya. Dan aku tidak akan menemuinya lagi. Sepenuhnya aku melepas dia berlari, menjauh, dan tidak terlihat. Masuk ke dalam hutan yang tidak mungkin aku jangkau.

Seperti itu, aku memelihara perasaan untukmu. Apa yang aku pelihara saat ini, yang aku jaga saat ini, tidak akan berbuah manis dan ranum pada akhirnya. Aku tidak mudah untuk meniadakan yang ada. Namun aku pun tidak selalu mampu menahan sakit juga perih yang menghujam ke setubuhku. Aku lelah terus di kasihani, aku lelah terus menunggu, dan aku lelah terus mengejar. Aku bukan dahan yang selamanya akan menggantung pada ranting. Kini aku telah jatuh, bukan ke bawah, tapi terbawa angin, entah kemana, yang jelas menjauh dari ranting. Aku sudah pergi dan aku pun sudah melepasmu. Tak lagi berusaha. Karena aku tahu, kamu berlari untuk dilepas bukan untuk di kejar. Dan aku belajar untuk berhenti bertanya.

Did you know, I'm just human, ya... I'm really hurting inside. All I want is to be understood so I made the choice to finally let go. I can't stand the pain. It's time to wipe the last tear away and smile again. Being with you, were taught me a lots. Thank you for everything you do to me. Thank you.
,
Sebagai orang yang akhirnya pernah jatuh cinta saya tau bagaimana rasanya jatuh cinta. Dan sungguh rasa jatuh cinta itu merupakan candu.

Berbunga-bunga. Bahagia. Senyum sendiri. Semua hal terasa indah. Karena tetiba ada seorang yang begitu perhatian. Begitu pengertian. Begitu tau tentang kita (karena mencari tau). Dan mampu menghilangkan getir-getir keraguan kita.

Jatuh cinta. Berjuta rasanya. Itu kata Oma Titiek Puspa. Ya.. ketika saya jatuh cinta saya mengalami semua hal bahagia di dunia ini. Dan serasa saya terlalu serakah mengambil semua energi kebahagian.

Rasa jatuh cinta itu candu. Candu yang membuat melayang.

Saya pernah mengatakan masa PDKT adalah masa-masa yang paling indah. Karena di situ segala keindahan dan kebahagian sajalah yang tengah ditonjolkan. Kalau bisa memilih, keinginan saya tetap sama. Yaitu PDKT untuk selamanya. Saat masalah gak pernah berhasil menjadi masalah. Saat setiap ragu mampu dihilangkan dengan aroma manis saat jatuh cinta menyapa.

PDKT adalah bagian dari jatuh cinta. Setiap kali jatuh cinta setiap kali PDKT. PDKT adalah masa-masa termanis dua insan dimabuk cinta. Saya merasakannya.

Tapi kita gak bisa terus-terusan PDKT. Kita gak bisa mencandui rasa jatuh cinta selamanya. Kita akhirnya harus menjaga cinta yang pernah kita jatuhi pada orang lain itu. Akhirnya pilihannya adalah, mencandui orang tersebut dengan cinta.



Saya. Bila terus-terusan larut akan perasaan jatuh cinta. Berarti yang saya cintai adalah cinta.  

Saturday, August 18, 2012

,
Aku bersyukur mempunyai orang yang cukup berharga untuk aku rindukan,

tetapi Hal yang menyesakkan adalah ternyata aku tidak cukup berharga untuk menjadi orang yang kamu rindukan..

Namun hal yang paling menyesakkan adalah aku tidak bisa mengatakan kepada kamu betapa aku amat merindukanmu karena kamu akan sangat marah dan menjauhi aku karena itu..

Bolehkah aku mengatakan kepada dunia betapa aku merindukanmu?

Dan bolehkah aku mengakui kepada dunia betapa bodohnya aku merindukanmu?

Karena tidak peduli apa pun yang kamu katakan, kata-katamu tidak cukup besar untuk menutupi rasa kangenku,tidak cukup tajam untuk menyayatnya, dan tidak cukup kuat untuk menghancurkannya..

Malam ini sepi begitu gelap dan kelam Malam ini dingin, dingin yang membekukan..
Beku rusukku..
Kering hatiku..
Tak terasa air membasahi pipiku..
Dimana kah kamu? Aku mencari sosokmu.
Karena mentarimu lah. Pengisi relung hatiku. Penghangat hatiku Apa kau dengar? Seruan tangisanku menggema.
Panggilku padamu terngiang. Dalam bisu kumeratap. Dalam hening kumemanggil.
Rinduku padamu tak terukur. Kasihku padamu tak terlukiskan. Bukan dengan kata. Bukan dengan pelukkan.. Tanpa kata tanpa aksi Tak terutarakan Besarnya rinduku padamu

Friday, August 17, 2012

,
Sudah berapa lama kau hidup? Sudah berapa banyak hal kau lihat? Bagaimana hidupmu selama ini? Indah-indah saja, alhamdulillah? Atau sedikit pedih? Atau kau rasa pedih bukan kepalang? Oh, yakin? Yakin kepedihanmu itu yang paling pedih?

 ***

Kau selalu bersyukur dengan hidupmu yang senantiasa indah. Masa kecil yang bahagia dengan orang tua yang penuh cinta. Segala kebutuhan yang tercukupi. Kebahagiaan yang kau anggap sempurna. Jalan yang serba mulus. Entah kau pernah mengenal yang namanya duri, atau tersandung batu.

Maka dengan begitu ringan kau memandang miring pada orang-orang yang kau pikir berlaku miring. Nyinyir. Mencibir. Mencaci. Memaki. Mengutuk. Kau hanya tahu di matamu itu keliru. Tak pernah mencoba menyelami kenapa. Tak pernah ingin tahu ada apa di balik cerita.

 ***

Sudah berapa lama kau hidup? Sudah berapa banyak kau lihat? Tunggu sampai kau temukan kepahitan yang selama ini kau merasa kebal atasnya. Hingga nanti kau dapati, kau akan mengunyah lidahmu sendiri.

Saturday, August 11, 2012

,
Tidak ada yang berubah dari satuan waktu secara matematis. Hanya relativitas psikologis yang membuatnya jadi bervariasi. Semenit tetap 60 detik. Sehari masih 24 jam. Tapi kita ingin merubah waktu sesuai kepentingan kita.

Mungkin kita inginkan buka puasa lebih cepat padahal kita sudah tahu jadwalnya. Kita ingin nilai segera keluar padahal kita sudah tahu kurang seminggu tidak dapat dimajukan dan tanggal pengisian KRS tidak mungkin dimundurkan.

Kita tidak sabar kita nantikan THR. Waktu seolah lamban berjalan.

Kita merasa sayang takut kehilangan kesempatan ketika rindu masih melekat harus berpisah seakan waktu tidak ramah pada hati yang sedang berbunga.

Kita tak pernah sepenuhnya sadar akan perjalanan waktu tapi ingin selalu mengontrolnya. Ingin cepat ketika tidak sabar. Ingin lambat ketika nikmat masih menjalar. Tahu-tahu setiap tahun kita sadar bertambah usia padahal banyak keinginan belum terwujudkan.
,





Dear Blue..

kemarin malam aku sempat sekarat oleh rindu tak berkesudahan.

berharap hari ini atau malam ini menimbun kekuatanku bertemu denganmu.

jangan kabur dalam ragu.

mari bertemu di sudut mana pun kala rindu semakin ingin kumuntahkan.

ini sudah lebih dari seminggu mata kita kosong oleh makna rindu.

aku sebenarnya tak peduli kamu merindu atau apa lah sekarang.

yang jelas, aku mantab merapal kesekian bait rasa kangen yang sudah hhhh lama sekali ini.

kamu di mana?

hampir tenggelam di muara kekecewaan dan putus asa menunggu di dekat titik dudukmu.

atau kali ini kamu bercinta bersama perasaanmu yang lain mengagumi entah siapa.

ah, ingin marah pada matahari yang panasnya melebihi kegundahanku menunggumu di sini.

titik dudukmu itu masih kosong.

mengunyah rasa pahit di lidah yang kelu beku memaksa menyebut namamu. aku tidak tahu namamu.

siapa kamu? di mana kamu?

ini rasanya rindu tak karuan karena terjepit rasa ingin tahu dan kekesalan menunggu dan menertawakan kebodohanku sendiri.

iiihhh.. kamu itu apa rasanya saat kusentuh. saat kubelai rambutmu yang gontai berterbangan. saat aku meneliti matamu yang membuat hatiku bergolak. ah.. kamu pasti nikmat...

senikmat aku galau oleh rasa sakit menahan rindu.

tubuhku basah oleh hentakan gelombang pasang ditambah angin malam yang menangisi keberadaanmu.

aku muntahkan saja rindu ini ketika semesta merestui pertemuan kita.

...

Dear, Blue..

sampai jumpa..

Tuesday, July 31, 2012

,
Seharusnya begitu, kan?

Hal-hal yang terjadi di dunia masuk ke dalam dunia Twitter, bukan sebaliknya -- hal-hal yang terjadi di Twitter masuk ke dunia.

Saya mulai lelah mengejar apa saja yang terjadi di sekeliling saya melalui Twitter.

Tiba-tiba saja teman-teman saya asyik ngobrolin suatu hal yang saya tidak mengerti konteksnya, hanya karna saya tidak menyimaknya.. di timeline Twitter!

Atau, mendadak suatu frase jadi materi obrolan sehari-hari, tanpa saya mengerti dari mana asal mulanya. Lagi-lagi karna saya tidak menyimaknya.. di timeline Twitter!

Eh, tau gak? Si ini kan lagi itu! | Kok tau? | Ya baca twitternya lah! Eh, lo gak baca tweet-nya si itu? Lagi kenapa sih dia? | Emang dia nge-tweet apa? | Ya lo baca aja deh twitternya! Jadi blablabla. Hahaha.. | Maksudnya? | Itu di timeline lagi pada main blablabla..

Kemana perginya hari-hari dimana hal-hal yang seru atau frase-frase baru saya dapatkan dari duduk bareng, saling mengejar cerita satu sama lain.. lewat obrolan lisan!


Saya pernah baca atau dengar dimana gituh (ah, paling di Twitter!) kalo kita ini termasuk generasi nunduk. Maksudnya, kalaupun sekarang kita duduk bareng, let's say di sebuah coffee shop, kemungkinan besar kita akan langsung ngeluarin smartphone masing-masing dan mulai mengupdate kehidupan twitter ke dunia, sambil tertunduk.


Eits, don't get me wrong. Saya juga pengguna Twitter sekaligus penyampah di Twitter. Saya sering membawa obrolan di twitter ke dunia. Dan saya suka ikutan 'main' keyword atau hashtag tertentu di twitter.


Tapi, saya lelah. Berlari-lari kecil di timeline Twitter itu lebih melelahkan daripada mendatangi teman-teman saya satu per satu dan bertanya, "So.. Whats new?"


Familiar dengan frase 'catching up the old times'? Saya sangat berharap frase itu tidak kelak berubah jadi 'catching up the old tweets'.


,
Pernah ngerasain yang namanya rasa sesak yang amat sangat  dalam sampai lo gak bisa nafas? Gue pernah. Tepatnya sekarang. Pernah ngerasain yang namanya kesel sama diri lo sendiri sampai lo gegulingan gak jelas di atas kasur saking keselnya? Gue pernah. Tepatnya sejam yang lalu. Pernah ngerasain yang namanya takut ketauan kalau salah satu rahasia lo terbongkar? Gue pernah. Tepatnya hari ini.


Pagi tadi, gue terbangun dengan sebuah senyuman. Sebuah kebahagiaan yang tak terduga karna ada satu orang lelaki yang menunggu gue bangun dari tidur. Lelaki itu.. Mengirimkan sebuah pesan singkat melalui WhatsApp yang meminta gue untuk menghubunginya begitu gue terbangun. Gak ada satu firasat buruk apapun apa yang bakal terjadi antara kami berdua ketika gue bangun. Karna pada malam sebelumnya gue sama dia masih seperti biasa. Bergurau bersama. Melewati malam-malam dengan mata terbuka. Berbagi cerita, canda tawa, serta beradu ego masing-masing.


Hey! Dia lagi telpon gue!! Gue harus jawab apa? Gue harus bicara apa sama dia masalah..... Oh nooooo!! Omaygaaaaad.. *pingsan*

10.14
Okey lanjut lagi kenapa gue mau nulis blog ini. Pulsa dia abis :D Thanks Allah, I know You'll give me the best away :')


Am shocking with his question this morning :( Yaap something about.. I-can't-tell-here-about-his-question-anyway :') Pokoknya speechleeeeeees bangeeeeeettttt.. Pernah ngerasain yang namanya badan lo gemetar ketika lo bangun tidur bukan karna cuaca. Tapi karna sebuah pertanyaan??? Pernah ngerasain yang namanya jantung lo berdegup kencang ketika di tuding sama sebuah pertanyaan yang lo sendiri gak tau mau jawab apa? Okey, gue rasa yang pertanyaan kedua gue ini, kalian semua pernah ngerasainnya. Alright? Tapi pertanyaan ini datang di saat lo baru membuka mata lo dari kantuk yang amat berlebihan. Bahkan nyawa lo pun belum ke kumpul!! Think again.


Gue tau ini semua salah gue. Gue ngecoba main api yang bahkan gue sendiri gak akan (pernah) sanggup buat matiinnya. Tapi akhirnya gue sadar satu hal, semua akan baik-baik saja seperti sedia kala. Seperti sebelum gue mengenal mereka. C'mon ucapkan itu dalam hati dan pikiran.. 'Its gonna be alright" :')