Friday, July 18, 2014

Keingetan.. eh?

Tadi, karna nggak tau mau buka apa lagi, akhirnya milih buat buka facebook. Awalnya cuma scroll home aja. Sampai akhirnya ngeliat siapa aja yang lagi ulang tahun hari ini dan.... search nama doi! Hahaha like a kangen. Eh?


Iya, jadi akhirnya tadi gue nge-search gitu nama dia di facebook. Ngescroll, ngeliat albumnya. And yeah, dia masih belum berubah juga ternyata. Masih berhasil buat gue senyam-senyum sendiri, walaupun cuma ngeliat fotonya aja. Seketika gue flashback gitu.


*oke bagian yang ini curhat abis* Selamat membaca!

Jadi, gue inget betul. Saat itu bulan Januari 2013. Gue lagi nginep di rumah saudara gue yang di Menteng. Tepatnya di Pasar Rumput. Dan saat itu lagi tengah malam. Gue lagi nonton DVD "Radit dan Jani" di ruang tamu. Sendirian. Kakak sepupu ipar gue udah tidur, sedangkan kakak sepupu gue lagi keluar entah ke mana. Kayaknya sih cari makan deh. Soalnya pas dia balik, dia bawa makanan gitu, *oke fokus*

Jadi, di saat gue lagi serius-seriusnya nonton, tetiba doi nelfon! Haha sumpah kaget sama bingung. Antara mau angkat atau gimana. Secara, gue udah lama banget nggak komunikasi sama dia. Semenjak, dia ngilang gitu aja abis buat janji ketemu di Sevel Salemba waktu itu. Iya, saat itu gue batal ketemu sama dia. Ya ya, kebiasaan doi dari dulu kayak gitu. Buat janji gampang, ngebatalinnya juga gampang. Yasudah, semenjak itu, gue memutuskan untuk nggak hubungin dia. Kalo emang dia serius sama janjinya, pastinya dia bakal hubungi gue. Kasih kabar kalau misalkan nggak bisa, atau kasih kabar kenapa dia ngebatalin gitu aja. Dan ternyata.... dia nggak ngelakuin itu. Dari situlah, gue udah kesel sama dia.

Setelah gue diemin gitu aja hape gue.. akhirnya tombol "accept" yang gue pencet. Gue diem. Dia yang buka obrolan pertama. Nanya kabar, basa-basi ini itu dan akhirnya ya lumayan lah ngobrol panjang lebar. Nanyain gue lagi apa saat itu, dan berhubung gue masih penasaran. Akhirnya gue nanya gini "ada apa telfon? Tumben.." "gapapa. Tadi tiba-tiba kepikiran lo aja. Yaudah deh langsung telfon. Kenapa? Nggak boleh ya?" he said. Njir! Dari nada dia, kayaknya dia nggak ada penyesalan gitu ya soal masa lalu.
"oh.."

Gue lupa, saat itu ngobrolin apa aja. Sampai akhirnya dia nanya, gue ada waktu atau enggak. "udah libur kuliah belum? Ketemu yuk." "minggu depan baru libur. Kapan?" "terserah. Aku ikut kamu aja, Tapi jangan lewat dari tanggal 10 Feb ya. Soalnya aku udah balik ke Payakumbuh." "Oh.. emmm.." sempet mikir lama soal tanggal. "gimana kalo tanggal 2?" "tanggal 2? Boleh tuh.. di mana?" "Gimana kalo di Tamsur?" jawab gue ngasal. "Taman Suropati?" "Iya." "Boleh, kebetulan deket sama kost-an aku tuh." "Oke, jam berapa?" "siang aja, gimana?" "Oke, jam 1?" "boleh." "yakin jadi nih? Nanti kayak waktu itu lagi." "iya, yakin." "okay." "yaudah, kita sms-an aja ya." "oke." "Dah.. Assalammu'alaikum." "Wa'alaikumussalam.."

Telfon pun terputus. Dan entah kenapa, gue ngerasa ada senyum yang terukir setelahnya. Seneng aja ditelfon sama dia. Nggak tau kenapa. Dan tanpa gue sadar... ini adalah bumerang buat hubungan gue dan pacar gue saat itu.

Yap. Saat itu gue punya pacar. Sejenak gue lupa, kalo gue udah punya pacar. Nggak lama setelah telfon, dia sms. Obrolan pun berlanjut sampai gue ketiduran. Gue intens sms-an sama dia semenjak itu. Seperti dulu. Sampai akhirnya ketika gue lagi jalan sama pacar gue ke salah satu mall di Jakarta Pusat. Sebut saja GI. :)) iya, layaknya pasangan muda yang ada di seantero dunia. Yang namanya tanggal jadi tiap bulan pasti ada aja perayaannya. Kita memutuskan buat ngerayainnya di Gramedia. Numpang baca beberapa novel dan komik di sana. :)) *yang ini jangan ditiru ya* 

Kita duduk di salah satu karpet yang emang sengaja disediakan sama pihak Gramedianya buat tempat baca. *kayaknya* Soalnya bukan cuma kita aja yang numpang baca di situ. Tapi ada beberapa orang juga yang duduk di situ. Saat itu gue lagi baca novel karya Zarry Hendrik yang judulnya "Dear Zarry's" bisa banget emang penulis sekaligus penyair yang satu ini. Kata-katanya dalem banget. Nggak sedalem sumur, tapi bakalan lebih kalah lagi sama dalemnya kangenku ke kamu. #apasih

Sedangkan pacar gue memutuskan untuk baca komik Conan. Salah satu komik kesukaan. Pas dia udah selesai baca komik itu, dia memutuskan buat ngambil komik lainnya. Parah banget sih emang. Gramedia serasa perpustakaan. :)) ketika dia beranjak dari tempat duduknya, doi nelfon gue. Iya, doi. "Hey. Ke mana aja sih? Kok sms nggak dibales?" "oh iya, baru liat hape. Hehe kenapa?" "gapapa sih. Lagi di mana?" "Lagi di GI." "oh, ngapain? Sama siapa ke sana?"

Kalian tahu, jawaban apa yang terlontar dari mulut gue?

"lagi iseng aja. Jalan-jalan. Sama temen aku."

DHUAAAR! Gue serasa disambar petir berkekuatan tinggi. Bisa-bisanya gue bilang, gue pergi sama "temen". Shit. Sumpah, bagian ini pun sangat gue sesali.

"oh berapa orang? Eh iya, aku boleh nitip buku ... *gue lupa buku apa yang dia sebut, pastinya sih buku kanvas gitu. Buku buat ngesketsa*" "boleh, nanti aku coba cari dulu ya." "sip. Aku udah lama banget nyari buku itu, Semoga di Gramed GI ada ya. Nanti kamu bawa ya pas kita ketemu." "iya, diusahakan." "kamu udah makan?" "emm.. udah tadi. Kamu?" "aku belum." "makan dulu sana." "iya nanti makan kok. Yaudah, nanti pulangnya kabarin ya." "mau banget dikabarin? Haha" “haha iya mau banget. Jadi, kabarin ya?” “iya, nanti aku kabarin.” “yaudah, tiati ya pulangnya nanti.” “iya.” Telfon pun terputus.

Jeda sedetik, pacar gue kembali lagi sambil membawa komik yang tadi dia cari. Di sini gue berasa lagi selingkuh. Berkali-kali gue cerita ke beberapa temen gue soal kejadian ini. Iya. Gue. Berasa. Lagi. Selingkuh.

Akhirnya tanggal 2 yang dijanji-janjikan pun tiba. Dia datang. Dia menepati janjinya kali ini. Saat itu gue memakai cardigan ungu kesukaan gue. Dan dia memakai jaket jersey biru (sepertinya). Perasaan debar pun tak terelakkan. Degup jantung gue berdetak sangat cepat saat mata kami bertemu. Ah, shit. Gue nggak suka bagian yang ini. Karna di bagian ini, I’m kinda an idiot person who met her mate. Perasaan gue nggak karuan. Mungkin saat itu, gue keringetan karna nggak bisa nahan perasaan bahagia gue yang meluap-luap. Gila kan?

Ya, he’s makes me so crazy like an idiot person.

Ini pertemuan kali ketiga gue sama dia. Banyak yang berubah dari penampilannya. Tapi tidak dengan rasa nyaman yang ada di sekelilingnya. Ya, nyaman itu masih ada ternyata. Ngobrol panjang lebar, sampai akhirnya dia bilang..

“aku suka sama kamu. Semenjak pertama kali kita kenal, ketemu, ngobrol. Aku tau, aku bodoh karna dulu pernah menyia-nyiakanmu. Aku tau, sekeras apapun aku mencari orang lain, pada akhirnya pikiranku kembali ke kamu. Maafin aku, karna udah buat kamu kesel. Maafin aku karna aku selalu ingkarin janji aku. Aku mau kita mulai semuanya lagi dari awal.”

“aku nggak bisa. Aku udah punya pacar.”

“pacar? Kamu bercanda kan?”

“aku nggak bercanda, By.”

“tapi kamu nggak pernah bilang, kalau kamu punya pacar.”

“lho? Buat apa aku bilang ke kamu? Kamu juga nggak pernah nanya kan?”

“tapi kamu kan tau, aku lagi berusaha deket lagi sama kamu. Kenapa kamu nggak pernah bilang dari awal?”

“maafin aku, By. Mungkin karna aku nggak mau ngerusak kebahagiaan aku sendiri.”

“…”

“By.. kamu tau kan, aku pernah taruh rasa suka aku ke kamu? Tapi apa yang kamu perbuat? Kamu dengan seenaknya muncul-hilang, muncul lalu hilang lagi. Aku jadi tau kapan saatnya kamu ngehubungin aku. Di saat, kamu nggak lagi deket sama cewek manapun. Di saat kamu deket sama aku, kamu juga deket sama orang lain. Dan kamu lebih milih mereka kan? Aku udah terbiasa, By diperlakukan seperti itu sama kamu. Aku tau semua kelakuan kamu.”

“Ni.. aku hilang bukan karna aku deket sama orang lain.”

“oiya? Tapi bukti berbicara lain. Nggak lama setelah kamu ngilang, kamu pacaran sama senior di kampus kamu kan? Dan sekarang, berhubung kamu lagi nggak deket sama siapa-siapa aja, makanya kamu ngehubungin aku.”

“Ni..”

“kamu nggak tau kan gimana rasanya jadi orang linglung?”

“aku tau kok. Sekarang aku lagi linglung. Aku nggak tau gimana caranya harus jelasin ke kamu soal itu. Yang pasti, aku nggak seburuk yang kamu pikirin. Aku tau aku salah. Aku minta maaf, Ni. Aku juga tau, maaf pun nggak bakal cukup. Aku harus gimana, Ni supaya kamu percaya sama aku? Kamu bercanda kan soal kamu udah punya pacar?”

“enggak, By. Aku nggak lagi bercanda. Aku serius. Aku udah punya pacar. Dia temen sekelas aku. Udah terlambat, By. Aku harap, kamu bisa hargai keputusan aku, aku seneng bisa ketemu sama kamu lagi. Di sini. Makasih ya. Makasih buat semuanya. Makasih udah ngajarin aku buat jadi orang yang sabar dalam hal menunggu. J

“Ni... aku sayang sama kamu, Ni. Aku nggak mau kehilangan kamu lagi.”

“kamu sadar nggak sih? Kamu udah berapa kali muncul-hilang, muncul-hilang? Heh?”

“…”

“aku nggak  mau khianatin dia. Aku sayang sama dia, By. Kamu cuma bagian dari masa lalu aku yang udah aku lupain jauh sebelum ini.”

“…”

“aku pamit. Aku cuma nggak mau taburin kerikil-kerikil kecil dalam hubungan aku sama dia. Aku nggak mau sampai terjatuh lagi.”




PS: Ya, gue memutuskan untuk nggak nerima dia. Gue udah ngeyakinin diri gue sendiri. Kalau dia—pacar gue-- yang terbaik. Gue juga udah sharing masalah ini ke sahabat-sahabat gue. Dan mereka menyarankan, agar gue nggak gegabah mengambil keputusan. Dan gue.. memilih setia.

No comments:

Post a Comment