Tadi, karna nggak tau
mau buka apa lagi, akhirnya milih buat buka facebook. Awalnya cuma scroll home
aja. Sampai akhirnya ngeliat siapa aja yang lagi ulang tahun hari ini dan....
search nama doi! Hahaha like a kangen. Eh?
Iya, jadi akhirnya tadi
gue nge-search gitu nama dia di facebook. Ngescroll, ngeliat albumnya. And
yeah, dia masih belum berubah juga ternyata. Masih berhasil buat gue
senyam-senyum sendiri, walaupun cuma ngeliat fotonya aja. Seketika gue
flashback gitu.
*oke bagian yang ini
curhat abis* Selamat membaca!
Jadi, gue inget betul.
Saat itu bulan Januari 2013. Gue lagi nginep di rumah saudara gue yang di
Menteng. Tepatnya di Pasar Rumput. Dan saat itu lagi tengah malam. Gue lagi
nonton DVD "Radit dan Jani" di ruang tamu. Sendirian. Kakak sepupu
ipar gue udah tidur, sedangkan kakak sepupu gue lagi keluar entah ke mana.
Kayaknya sih cari makan deh. Soalnya pas dia balik, dia bawa makanan gitu, *oke
fokus*
Jadi, di saat gue lagi
serius-seriusnya nonton, tetiba doi nelfon! Haha sumpah kaget sama bingung.
Antara mau angkat atau gimana. Secara, gue udah lama banget nggak komunikasi
sama dia. Semenjak, dia ngilang gitu aja abis buat janji ketemu di Sevel
Salemba waktu itu. Iya, saat itu gue batal ketemu sama dia. Ya ya, kebiasaan
doi dari dulu kayak gitu. Buat janji gampang, ngebatalinnya juga gampang.
Yasudah, semenjak itu, gue memutuskan untuk nggak hubungin dia. Kalo emang dia
serius sama janjinya, pastinya dia bakal hubungi gue. Kasih kabar kalau
misalkan nggak bisa, atau kasih kabar kenapa dia ngebatalin gitu aja. Dan
ternyata.... dia nggak ngelakuin itu. Dari situlah, gue udah kesel sama dia.
Setelah gue diemin gitu
aja hape gue.. akhirnya tombol "accept"
yang gue pencet. Gue diem. Dia yang buka obrolan pertama. Nanya kabar,
basa-basi ini itu dan akhirnya ya lumayan lah ngobrol panjang lebar. Nanyain
gue lagi apa saat itu, dan berhubung gue masih penasaran. Akhirnya gue nanya
gini "ada apa telfon? Tumben.." "gapapa. Tadi tiba-tiba
kepikiran lo aja. Yaudah deh langsung telfon. Kenapa? Nggak boleh ya?" he
said. Njir! Dari nada dia, kayaknya dia nggak ada penyesalan gitu ya soal masa
lalu.
"oh.."
Gue lupa, saat itu
ngobrolin apa aja. Sampai akhirnya dia nanya, gue ada waktu atau enggak. "udah
libur kuliah belum? Ketemu yuk." "minggu depan baru libur.
Kapan?" "terserah. Aku ikut kamu aja, Tapi jangan lewat dari tanggal
10 Feb ya. Soalnya aku udah balik ke Payakumbuh." "Oh.. emmm.." sempet mikir lama soal tanggal.
"gimana kalo tanggal 2?" "tanggal 2? Boleh tuh.. di mana?"
"Gimana kalo di Tamsur?" jawab gue ngasal. "Taman
Suropati?" "Iya." "Boleh, kebetulan deket sama kost-an aku
tuh." "Oke, jam berapa?" "siang aja, gimana?"
"Oke, jam 1?" "boleh." "yakin jadi nih? Nanti kayak
waktu itu lagi." "iya, yakin." "okay." "yaudah,
kita sms-an aja ya." "oke." "Dah.. Assalammu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam.."
Telfon pun terputus. Dan
entah kenapa, gue ngerasa ada senyum yang terukir setelahnya. Seneng aja
ditelfon sama dia. Nggak tau kenapa. Dan tanpa gue sadar... ini adalah bumerang
buat hubungan gue dan pacar gue saat itu.
Yap. Saat itu gue punya
pacar. Sejenak gue lupa, kalo gue udah punya pacar. Nggak lama setelah telfon,
dia sms. Obrolan pun berlanjut sampai gue ketiduran. Gue intens sms-an sama dia
semenjak itu. Seperti dulu. Sampai akhirnya ketika gue lagi jalan sama pacar
gue ke salah satu mall di Jakarta Pusat. Sebut saja GI. :)) iya, layaknya
pasangan muda yang ada di seantero dunia. Yang namanya tanggal jadi tiap bulan
pasti ada aja perayaannya. Kita memutuskan buat ngerayainnya di Gramedia.
Numpang baca beberapa novel dan komik di sana. :)) *yang ini jangan ditiru
ya*
Kita duduk di salah satu
karpet yang emang sengaja disediakan sama pihak Gramedianya buat tempat baca.
*kayaknya* Soalnya bukan cuma kita aja yang numpang baca di situ. Tapi ada
beberapa orang juga yang duduk di situ. Saat itu gue lagi baca novel karya
Zarry Hendrik yang judulnya "Dear Zarry's" bisa banget emang penulis
sekaligus penyair yang satu ini. Kata-katanya dalem banget. Nggak sedalem
sumur, tapi bakalan lebih kalah lagi sama dalemnya kangenku ke kamu. #apasih
Sedangkan pacar gue
memutuskan untuk baca komik Conan. Salah satu komik kesukaan. Pas dia udah
selesai baca komik itu, dia memutuskan buat ngambil komik lainnya. Parah banget
sih emang. Gramedia serasa perpustakaan. :)) ketika dia beranjak dari tempat
duduknya, doi nelfon gue. Iya, doi. "Hey. Ke mana aja sih? Kok sms
nggak dibales?" "oh iya, baru liat hape. Hehe kenapa?"
"gapapa sih. Lagi di mana?" "Lagi di GI." "oh,
ngapain? Sama siapa ke sana?"
Kalian tahu, jawaban apa
yang terlontar dari mulut gue?
"lagi iseng aja.
Jalan-jalan. Sama temen aku."
DHUAAAR! Gue serasa
disambar petir berkekuatan tinggi. Bisa-bisanya gue bilang, gue pergi sama "temen". Shit. Sumpah, bagian
ini pun sangat gue sesali.
"oh berapa orang?
Eh iya, aku boleh nitip buku ... *gue lupa buku apa yang dia sebut, pastinya
sih buku kanvas gitu. Buku buat ngesketsa*" "boleh, nanti aku coba
cari dulu ya." "sip. Aku udah lama banget nyari buku itu, Semoga di
Gramed GI ada ya. Nanti kamu bawa ya pas kita ketemu." "iya,
diusahakan." "kamu udah makan?" "emm.. udah tadi.
Kamu?" "aku belum." "makan dulu sana." "iya nanti
makan kok. Yaudah, nanti pulangnya kabarin ya." "mau banget
dikabarin? Haha" “haha iya mau banget. Jadi, kabarin ya?” “iya, nanti aku
kabarin.” “yaudah, tiati ya pulangnya nanti.” “iya.” Telfon pun terputus.
Jeda
sedetik, pacar gue kembali lagi sambil membawa komik yang tadi dia cari. Di
sini gue berasa lagi selingkuh. Berkali-kali gue cerita ke beberapa temen gue
soal kejadian ini. Iya. Gue. Berasa. Lagi. Selingkuh.
Akhirnya
tanggal 2 yang dijanji-janjikan pun tiba. Dia datang. Dia menepati janjinya
kali ini. Saat itu gue memakai cardigan ungu kesukaan gue. Dan dia memakai
jaket jersey biru (sepertinya). Perasaan debar pun tak terelakkan. Degup
jantung gue berdetak sangat cepat saat mata kami bertemu. Ah, shit. Gue nggak
suka bagian yang ini. Karna di bagian ini, I’m kinda an idiot person who met
her mate. Perasaan gue nggak karuan. Mungkin saat itu, gue keringetan karna
nggak bisa nahan perasaan bahagia gue yang meluap-luap. Gila kan?
Ya, he’s makes me so
crazy like an idiot person.
Ini
pertemuan kali ketiga gue sama dia. Banyak yang berubah dari penampilannya.
Tapi tidak dengan rasa nyaman yang ada di sekelilingnya. Ya, nyaman itu masih
ada ternyata. Ngobrol panjang lebar, sampai akhirnya dia bilang..
“aku suka sama kamu.
Semenjak pertama kali kita kenal, ketemu, ngobrol. Aku tau, aku bodoh karna
dulu pernah menyia-nyiakanmu. Aku tau, sekeras apapun aku mencari orang lain,
pada akhirnya pikiranku kembali ke kamu. Maafin aku, karna udah buat kamu
kesel. Maafin aku karna aku selalu ingkarin janji aku. Aku mau kita mulai
semuanya lagi dari awal.”
“aku nggak bisa. Aku udah punya pacar.”
“pacar? Kamu bercanda kan?”
“aku nggak bercanda, By.”
“tapi kamu nggak pernah bilang, kalau kamu punya
pacar.”
“lho? Buat apa aku bilang ke kamu? Kamu juga
nggak pernah nanya kan?”
“tapi kamu kan tau, aku lagi berusaha deket lagi
sama kamu. Kenapa kamu nggak pernah bilang dari awal?”
“maafin aku, By. Mungkin karna aku nggak mau
ngerusak kebahagiaan aku sendiri.”
“…”
“By.. kamu tau kan, aku pernah taruh rasa suka
aku ke kamu? Tapi apa yang kamu perbuat? Kamu dengan seenaknya muncul-hilang,
muncul lalu hilang lagi. Aku jadi tau kapan saatnya kamu ngehubungin aku. Di
saat, kamu nggak lagi deket sama cewek manapun. Di saat kamu deket sama aku,
kamu juga deket sama orang lain. Dan kamu lebih milih mereka kan? Aku udah
terbiasa, By diperlakukan seperti itu sama kamu. Aku tau semua kelakuan kamu.”
“Ni.. aku hilang bukan karna aku deket sama
orang lain.”
“oiya? Tapi bukti berbicara lain. Nggak lama
setelah kamu ngilang, kamu pacaran sama senior di kampus kamu kan? Dan
sekarang, berhubung kamu lagi nggak deket sama siapa-siapa aja, makanya kamu
ngehubungin aku.”
“Ni..”
“kamu nggak tau kan gimana rasanya jadi orang
linglung?”
“aku tau kok. Sekarang aku lagi linglung. Aku
nggak tau gimana caranya harus jelasin ke kamu soal itu. Yang pasti, aku nggak seburuk
yang kamu pikirin. Aku tau aku salah. Aku minta maaf, Ni. Aku juga tau, maaf
pun nggak bakal cukup. Aku harus gimana, Ni supaya kamu percaya sama aku? Kamu
bercanda kan soal kamu udah punya pacar?”
“enggak, By. Aku nggak lagi bercanda. Aku
serius. Aku udah punya pacar. Dia temen sekelas aku. Udah terlambat, By. Aku
harap, kamu bisa hargai keputusan aku, aku seneng bisa ketemu sama kamu lagi.
Di sini. Makasih ya. Makasih buat semuanya. Makasih udah ngajarin aku buat jadi
orang yang sabar dalam hal menunggu. J”
“Ni... aku sayang sama kamu, Ni. Aku nggak mau
kehilangan kamu lagi.”
“kamu sadar nggak sih? Kamu udah berapa kali
muncul-hilang, muncul-hilang? Heh?”
“…”
“aku nggak
mau khianatin dia. Aku sayang sama dia, By. Kamu cuma bagian dari masa
lalu aku yang udah aku lupain jauh sebelum ini.”
“…”
“aku pamit. Aku cuma nggak mau taburin
kerikil-kerikil kecil dalam hubungan aku sama dia. Aku nggak mau sampai
terjatuh lagi.”
PS: Ya, gue memutuskan untuk nggak nerima dia.
Gue udah ngeyakinin diri gue sendiri. Kalau dia—pacar gue-- yang terbaik. Gue
juga udah sharing masalah ini ke sahabat-sahabat gue. Dan mereka menyarankan,
agar gue nggak gegabah mengambil keputusan. Dan gue.. memilih setia.
No comments:
Post a Comment