dia si perempuan yang senang akan kejenuhannya memukul-mukul pahit kenyataan dalam sakitnya
kata-kata adalah sengatnya
lalu dilontarkan kemudian menjadi asa
aku tidak membencinya
tidak satu titik pun
tidak satu koma pun
namun dia membenciku
hingga relung jiwanya mengering
sampai tangannya mengepal geram
sampai ceritanya berubah jadi duri-duri tajam
sampai wajah cantiknya menjadi biru
sampai kulit halusnya menjadi ungu
aku kasihan
aku mau memegang tangannya lalu berkata mari kita pergi bermain mencari hujan
luka-luka dia lebih besar dari luka-luka aku
mungkin dia terlalu bersemangat bermain hingga terjatuh sampai darah dari lukanya ada di mana-mana
darahnya ada di sepatuku
ada di jam tangan coklatku
ada di kuku pucatku
ada di ujung-ujung rambutku yang rontok
ada di tuts-tuts keyboard laptopku
aku mau membersihkannya
boleh aku membersihkannya?
aku tidak membencinya
aku mengampuninya...
aku mengampuninya tanpa titik
aku mengampuninya tanpa koma
akumengampuninyatanpaspasi
aku mengampuninya...
aku mengampuninya seperti yang diajarkan padaku
mengampuni tanpa syarat
walau nanti aku luput dari pandangannya, cuma satu yang aku mau dia tau
hei, aku mengampunimu dan mengasihimu melebihi yang kamu kira
bunuh aku lalu lanjutkan hidupmu.
Tuesday, January 23, 2024
,