Thursday, February 23, 2012

Hantu Handphone

Dia menunggu seseorang mengirimkan sesuatu, di bawah pohon waktu. Jemarinya ingin menyentuh tombol-tombol yang menempel pada handphonenya sendiri, tapi dia takut. (sebenarnya dia masih bingung membedakan antara rasa malu dan rasa takut.)

Konon handphone itu adalah tempat bermukim sepasang hantu yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam, handphone itu suka mengeluarkan bunyi-bunyi piano sendiri. Lalu dia berpikir, hantu dalam handphone itu pasti sedang berdansa dengan kekasihnya.

Seorang temannya pernah marah-marah padanya. Katanya ketika temannya menelpon, dia menjawab; “Jangan ganggu aku, aku sedang mencintai kekasihku.”, padahal dia tak pernah merasa menerima telpon dari temannya itu selama seminggu terakhir ini. Dan bahkan dia hampir lupa, bahwa dia pernah punya seorang kekasih.

Dia takut, jangan-jangan hantu dalam handphone itu akan membunuhnya, seperti yang dia lihat dalam film-film. Akhirnya dia putuskan untuk menjual handphone itu. Dia tawarkan hanphone itu ke teman-temannya, tapi tak ada satupun yang berminat membeli. Lalu dia coba tawarkan handphone itu ke toko handphone bekas, tapi tak ada satu tokopun yang tertarik. Mereka bilang model handphone itu terlalu kuno.

Dia ingin membuang saja handphoe itu, namun kemudian dia ingat perjuangan beratnya dulu waktu mati-matian mengumpulkan uang untuk membeli handphone itu.

Saat dia tidur, lagi-lagi handphone itu mengeluarkan bunyi piano yang dia benci. Karena kesal, dia membuka jendela, lalu dia lemparkan handphone itu keluar. Dia sudah tak peduli lagi.

Pagi-pagi sekali, ketika dia bangun tidur, handphone itu sudah ada di sampingnya lagi. Dia berpikir, jangan-jangan yang semalam itu cuma mimpi, tapi ketika dia lihat jendela, jendelanya masih terbuka. Pasti setelah melempar handphone semalam, dia lupa menutupnya.

Sepertinya tak ada gunanya membuang handphone itu. Dia mulai berpikir untuk berdamai dengan handphonenya sendiri, dan dia tak mau berpikir macam-macam tentang handphone itu lagi.

“bip… bip… bip… bip…”. Ada sebuah panggilan masuk. Dia buru-buru mengangkatnya.

“Halo?”

“Aku akan membunuhmu.” kata suara di seberang.

“Halo, ini siapa?” dia mulai gugup.

“Aku akan membunuhmu.”

“Halo, ini siapa?” tubuhnya gemetar.

“Ini rindu.”

No comments:

Post a Comment