Friday, June 22, 2012

Di Waktu yang Tak Tepat.

Tadi pagi. Jarum jam mengarah tepat ke angka delapan. Bukan, bukan karena itu aku terbangun di pagi ini, tapi karna sinar Mentari dengan cahayanya yang menendap-endap seperti maling. Dia menyelinap diam-diam dari sela kain penutup jendela seperti ingin mencuri jam tidurku. Dia mau merampas rasa malasku. Dan pagi ini, aku kecolongan.

Aku menarik tanganku ke atas, sedikit mengendurkan otot-otot yang kaku lalu mencoba bergegas berdiri menuju ke kamar mandi. Entah apa yang akan kulakukan setelah ini. Karena sekali lagi, begitu kubuka mata, yang kudapati tetap pemandangan biasa di hidupku yang amat biasa-biasa saja.

Cermin yang terpajang disamping pintu kamar mandi sedikit menggodaku. Sejenak aku menatap dia yang menampilkan diriku di dalamnya. Dia, manusia yang sama seperti hari kemarin. Dia, manusia yang sekarang berdiri berhadapan denganku di  cermin.

Siapa bilang cinta itu bahagia? Iya, mungkin dia membahagiakan. Tapi itu hanya diawalnya. Dia dengan mudahnya mengajakmu terbang ke angkasa hingga melayang, lalu dengan kejam membanting dan merendahkanmu ke bumi hingga terpelanting. Dan seperti amnesia, dia bisa melupakan semua tentang harapan dan kenangan yang pernah diberikan.

Kata-kata halus dan manis darinya aku masih hafal. Dia bilang cintalah, sayanglah. Nyatanya?

Ah..!! Sial!

Sudahlah, lebih baik aku membasahi kepalaku dengan guyuran air hangat. Mungkin berharap bisa sedikit menenangkan pikiranku. Sampai kurasa semuanya sudah siap, dengan langkah tergontai aku pamit dan pergi ke kampus.

No comments:

Post a Comment