Tadi pagi. Jarum jam mengarah tepat ke angka delapan. Bukan, bukan karena itu
aku terbangun di pagi ini, tapi karna sinar Mentari dengan cahayanya
yang menendap-endap seperti maling. Dia menyelinap diam-diam dari sela
kain penutup jendela seperti ingin mencuri jam tidurku. Dia mau merampas
rasa malasku. Dan pagi ini, aku kecolongan.
Aku menarik tanganku ke atas, sedikit mengendurkan otot-otot yang
kaku lalu mencoba bergegas berdiri menuju ke kamar mandi. Entah apa yang
akan kulakukan setelah ini. Karena sekali lagi, begitu kubuka mata,
yang kudapati tetap pemandangan biasa di hidupku yang amat biasa-biasa
saja.
Cermin yang terpajang disamping pintu kamar mandi sedikit menggodaku.
Sejenak aku menatap dia yang menampilkan diriku di dalamnya. Dia,
manusia yang sama seperti hari kemarin. Dia, manusia yang sekarang
berdiri berhadapan denganku di cermin.
Siapa bilang cinta itu bahagia? Iya, mungkin dia membahagiakan. Tapi
itu hanya diawalnya. Dia dengan mudahnya mengajakmu terbang ke angkasa
hingga melayang, lalu dengan kejam membanting dan merendahkanmu ke bumi
hingga terpelanting. Dan seperti amnesia, dia bisa melupakan semua
tentang harapan dan kenangan yang pernah diberikan.
Kata-kata halus dan manis darinya aku masih hafal. Dia bilang cintalah, sayanglah. Nyatanya?
Ah..!! Sial!
Sudahlah, lebih baik aku membasahi kepalaku dengan guyuran air
hangat. Mungkin berharap bisa sedikit menenangkan pikiranku. Sampai kurasa semuanya sudah siap, dengan langkah tergontai aku pamit dan pergi ke kampus.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment